Setiap abad mempunyai semangatnya sendiri
Abad 21 digitalisasi mewujud pasti
Jeli dan adaptasi menjadi harga mati

STEM menjadi solusi
Mendidik dengan hati
Menambah nilai diri
Terampil dan kreatif penuh inovasi
Pembelajaran menjadi lebih berarti
Guru bolehlah berbangga hati
Menyongsong murid melampaui batas diri

(Dian Widhiasto,2021)

Sepenggal narasi tersebut menghantarkan Guru TK, SD, SMP hingga SMA Sekolah Nasional Karangturi dalam mengikuti webinar “Pembelajaran Abad 21 -STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)”. Hadir dalam kesempatan tersebut Bp. Mulyono, S.Si., seorang praktisi STEM yang aktif dalam Forum Guru Peneliti Indonesia (FGPI) Jawa Tengah sekaligus pendidik di kota Semarang. Kehadiran beliau dalam webinar yang berlangsung secara virtual sangat menginspirasi, bagaimana tidak, Sir Moel, panggilan akrabnya sempat terkendala menjadwalkan webinar karena menderita Covid-19 hingga harus dirawat di rumah sakit. Namun dengan semangat berbaginya, beliau (sekalipun belum pulih 100%) tetap mengusahakan diselenggarakannya webinar kali ini. Sungguh, sebuah semangat berbagi yang perlu diteladani.

Dalam paparannya, Sir Moel menjelaskan mengenai semangat kolaborasi antara siswa-guru, antarsiswa, dan antarguru dalam pembelajaran abad 21. “Pembelajaran STEM membutuhkan kolaborasi dan kolaborasi itu sudah saya lihat ada di Karangturi,” tegasnya. Beliau mengapresiasi para guru Karangturi yang aktif menciptakan video-video pembelajaran. Selain sebagai praktisi, beliau juga aktif sebagai youtuber sehingga peka melihat perkembangan Sekolah Nasional Karangturi, khususnya kemampuan guru dalam penguasaan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, menjawab pertanyaan salah satu netizen,
Sir Moel menandaskan, “STEM cocok dikembangkan di berbagai level, dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Selain itu, STEM itu juga tidak hanya berbicara eksak saja sehingga saat ini semua mapel perlu beradaptasi dan bersentuhan secara langsung dengan teknologi.”

Dalam webinar ini, para guru di masing-masing jenjang menyimak bersama dengan tetap menjaga protokol kesehatan yang ketat. Hal ini menunjukkan semangat kekeluargaan yang terus dibangun komunitas pendidikan Sekolah Nasional Karangturi. Di sisi lain, meskipun di masa pandemi, para guru tetap antusias dalam “meretas batas”: pandemi tidak bisa menghalangi semangat para guru untuk terus belajar, bersiap menyongsong para peserta didik yang penuh asa untuk segera kembali dalam peluk hangat kasih Bapak dan Ibu Guru tercinta. (And_Sty)